Fungsi Buku Cerita Bergambar

RuangBuku.id – Kami melayani jasa self publishing, jasa penerbitan buku, jasa penulisan buku, jasa editing buku untuk bahan ajar ataupun untuk keperluan lain. Sebelum memasuki artikel yang akan dibuat, apakah Anda tahu mengenai Fungsi Buku Cerita Bergambar? Jika belum, silakan simak artikel yang telah kami susun berikut ini.

Pengertian Buku Cerita Bergambar

Buku cerita bergambar adalah sebuah buku yang menjajarkan cerita dengan gambar. Kedua elemen ini bekerjasama untuk menghasilkan cerita dengan ilustrasi gambar. Buku bergambar adalah buku cerita yang disajikan dengan menggunakan teks dan ilustrasi atau gambar. Buku ini biasanya ditujukan pada anak-anak. Untuk anak usia SD kelas rendah, gambar berperan penting dalam proses belajar membaca dan menulis. Buku bergambar lebih dapat memotivasi mereka untuk belajar. Dengan buku bergambar yang baik, anak-anak akan terbantu dalam proses memahami dan memperkaya pengalaman dari cerita (Rothlein, (1991) dalam Santoso, (2008)).

Struktur Buku

Terbentuknya sebuah buku secara utuh dan keseluruhan. Berikut ini beberapa struktur buku yang dapat dijelaskan, yaitu:

1. Cover Depan

Halaman depan buku yang biasanya terbuat dari bahan yang lebih tebal berbeda dengan halaman isi, dan diletakkan pada bagian depan dan belakang (terakhir) sebuah buku. Pada bagian sampul dengan sebuah buku biasanya terdapat judul (topic) buku, nama pengarang atau penerbit. 

2. Fitur dan Isi

Bagian yang membahas buku dan informasi apa saja yang disampaikan oleh pembuat buku dan akan didukung dengan ilustrasi gambar dan teks untuk memudahkan informasi mengenai buku tersebut.

3. Cover Belakang

Pada sampul bagian belakang tercantum sinopsis yaitu berisi ringkasan dari keseluruhan isi buku, biasanya terletak pada sampul bagian belakang buku dan alamat instansi yang menerbitkan buku tersebut.

Jenis Buku Cerita Bergambar

Jenis buku bergambar (picture book) atau buku ilustrasi dibedakan menjadi 5 macam, yaitu:

1. Buku Abjad (Alphabet book) Dalam buku alphabet, setiap huruf abjad dikaitkan dengan ilustrasi objek yang diawali dengan huruf. Ilustrasi harus jelas berkaitan dengan huruf-huruf kunci dan gambar objek dan mudah teridentifikasi. Beberapa buku abjad diorganisasi pada sekitar tema khusus, seperti peternakan dan transportasi. Buku abjad berfungsi untuk membantu siswa, menstimulasi dan membantu pengembangan kosakata.

2. Buku Mainan (Toys book) menggunakan cara penyajian isi yang tidak biasa. Buku mainan sendiri dari kartu papan, buku pakaian dan buku pipet tangan. Buku mainan ini mengarahkan anak-anak untuk memahami teks, dapat mengeksplorasi konsep nomor, kata bersajak dan alur cerita. Buku mainan membantu anak-anak untuk mengembangkan keterampilan kognitif, meningkatkan kemampuan bahasa dan sosialnya, dan untuk mencintai buku. Sikap positif terhadap membaca ditumbuhkan dengan buku ini.

3. Buku Konsep (Concept book) adalah buku yang menyajikan konsep dengan menggunakan satu atau lebih contoh untuk membantu pemahaman konsep yang sedang dikembangkan. Konsep-konsep yang ditekankan diajarkan melalui alur cerita atau dijelaskan repetisi (pengulangan), dan perbandingan. Melalui konsep berbagai konsep seperti warna, bentuk, ukuran, dapat didemonstrasikan sendiri dengan konsep yang lainnya.

4. Buku Bergambar Tanpa Kata (Wordless picture book) adalah buku untuk menyampaikan suatu cerita melalui ilustrasi saja. Buku bergambar tanpa kata menjadi berkembang dan popular pada masyarakat generasi muda. Ini terdapat di televisi, komik, dan bentuk visual lainnya dari komunikasi. Alur cerita disajikan dengan gambar yang diurutkan dan tindakan juga digambarkan dengan jelas. Buku bergambar tanpa kata terdiri dari berbagai bentuk, seperti buku berupa humor, buku informasi maupun fiksi. Buku ini memiliki keunggulan contohnya untuk mengembangkan baca tulis dan lisan secara produktif yang mengikuti gambar. Keterampilan dalam pehamaman juga dikembangkan pada saat membaca cerita ilustrasi. Anak-anak akan menganalisis maksud pengarang dengan mengidentifikasi ide pokok dan memahami cerita.

5. Buku cerita bergambar memuat pesan melalui ilustrasi dan teks. Kedua elemen ini adalah poin utama yang penting dalam buku cerita bergambar. Buku-buku ini dibuat dengan berbagai tema yang berdasarkan pengalaman kehidupan sehari-hari anak. Karakter yang terdapat dalam buku ini bisa berwujud manusia ataupun binatang. Dalam buku ini anak-anak dapat memahami dan menghubungkan dengan pengalaman pribadinya.

Komponen Buku Cerita Anak

Buku cerita bergambar merupakan suatu bentuk karya seni yang memiliki unsur dalam penciptaannya. Unsur-unsur yang terdapat dalam cerita bergambar adalah unsur intrinsik dan unsur ekstrinsuk. Menurut Nurgiyantoro (1995: 23), unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur intrinsik sebuah cerita bergambar adalah unsur-unsur yang secara langsung turut serta membangun cerita. Unsur intrinsik tersebut meliputi tema, alur, latar, penokohan, sudut pandang penokohan, dan lain-lain.

1. Tema

Tema adalah pokok pikiran atau persoalan yang hendak disampaikan oleh pengarang kepada pembaca melalui jalinan sebuah cerita yang dibuatnya. Kata tema sering disamakan dengan pengertian topik, padahal kedua istilah tersebut mengandung pengertian yang berbeda. Topik dalam suatu tulisan atau karangan berarti pokok pembicaraan, sedangkan tema itu tercakup persoalan dan tujuan atau amanat pengarang kepada pembaca.

2. Alur (Plot)

Alur atau plot adalah jalan cerita yang berupa peristiwa-peristiwa yang disusun satu persatu dan saling berkaitan menurut hokum sebeb akibat drai awal sampai akhir. Alur atau plot merupakan suatu rangkaian kejadian dalam cerita yang disusun untuk menandai urutan bagian-bagian dalam keseluruhan fiksi. Dengan demikian alur itu merupakan erpaduan unsur-unsur yang membangun cerita sehingga merupakan kerangka utama cerita. Menurut Aminuddin (2000:90) pada umumnya alur pada cerita prosa fiksi disusun berdasarkan urutan sebagai berikut:

a) Perkenalan, pada bagian ini pengarang menggambarkan situasi dan memperkenalkan tokoh-tokohnya.

b) Pertikaian, pada bagian ini pengarang mulai menampilkan pertikaian yang dialami sang tokoh.

c) Perumitan, pada bagian ini pertikaian semakin hebat.

d) Klimaks, pada bagian ini puncak perumitan mulai muncul.

3. Latar (Setting)

Latar atau setting adalah penggambaran situasi, tempat, dan waktu serta suasana terjadinya peristiwa. Latar atau setting yang disebut juga sebagai landasan tempat, hubungan, waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan (Abrams dalam Nurgyantoro, 1995:216).

4. Penokohan

Penokohan adalah bagaimana pengarang menampilkan tokoh-tokoh dalam ceritanya dan bagaimana tokoh-tokoh tersebut (Aminuddin, 2000:92). Tokoh dalam karya fiksi tidak hanya berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan untuk menyampaikan ide, motif, plot dan tema, tokoh juga menepati posisi strategis sebagai pembawa dan menyampaikan pesan, amanat, moral atau sesuatu yang sengaja ingin disampaikan kepada pembaca. Pengarang melukiskan tokoh melalui imajinasi atau fantasinya dengan cara berikut ini:

  1. Pengarang melukiskan secara langsung bentuk lahir tokoh, misalnya raut wajah, kepala, rambut dan ukuran tubuh.
  2. Pengarang melukiskan jalan pikiran tokoh atau apa yang terlintas dalam pikirannya.
  3. Pengarang melukiskan reaksi tokoh terhadap suatu kejadian.
  4. Pengarang melukiskan keadaan sekitar tokoh, misalnya keadaan kamar dan pekarangan rumah tokoh.
  5. Pengarang menggambarkan pandangan seorang terhadap tokoh lain, misalnya tokoh yang dilukiskannya berwatak keras, sabar atau suka menolong.
  6. Pengarang menciptakan percakapan (dialog) antartokoh tentang pribadi tokoh lain, misalnya tokoh utama.

5. Sudut Pandang

Sudut pandang adalah kedudukan atau posisi pengarang dalam cerita tersebut (Aminuddin, 2000:96). Dengan kata lain posisi pengarang menepatkan dirinya dalam cerita tersebut, dari titik pandang ini pulalah pembaca mengikuti jalan ceritanya dan memahami temanya. Terdapat beberapa jenis sudut pandang, yaitu:

a. Pengarang sebagai tokoh utama. Sering juga posisi yang demikian disebut sudut pandang orang pertama aktif. Disini pengarang menuturkan dirinya sendiri.

b. Pengarang sebagai tokoh bawahan atau sampingan. Pengarang ikut melibatkan diri dalam cerita, akan tetapi ia mengangkat tokoh utama. Dalam posisi yang demikian itu sering disebut sudut pandang orang pertama pasif.

c. Pengarang hanya sebagai pengamat yang berada diluar cerita. Pengarang menceritakan orang lain dalam segala hal.

Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur yang berada diluar karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organism karya sastra (Nurgiyantoro 1995:23). Unsur ekstrinsik merupakan unsur luar yang mempengaruhi penciptaan karya. Unsur tersebut meliputi latar belakang pengarang, keyakinan dan pandangan hidup pengarang, adat istiadat yang berlaku, situasi politik, persoalan sejarah, ekonomi dan pengetahuan agama.

Unsur ini mencangkup berbagai aspek kehidupan sosial yang tampaknya menjadi latar belakang penyampaian amanat dan tema. Selain unsur-unsur yang datang dari luar diri pengarang, hal-hal yang sudah ada dan melekat pada kehidupan pengarang pun cukup besar pengaruhnya terhadap terciptanya suatu karya.

Fungsi Buku Cerita Bergambar

Cerita mampu melatih daya konsentrasi anak, melatih anak-anak berasosiasi, mengasah kreativitas anak, media bersosialisasi, menumbuhkan kepercayaan dalam diri anak, melatih anak berpikir kritis dan sistematis, kegiatan pembelajaran yang menyenangkan bagi anak dan melatih kemampuan berbahasa anak (Yudha dalam Aprianti, 2013:82). Beberapa hal tentang fungsi dan pentingnya buku cerita bergambar bagi anak menurut Mitchell (dalam Nurgiyantoro, 2005:159-161) adalah sebagai berikut :

a. Buku cerita bergambar dapat membantu anak terhadap pengembangan dan perkembangan emosi. Anak akan merasa terfasilitasi dan terbantu untuk memahami dan menerima dirinya sendiri dan orang lain, serta untuk mengekspresikan berbagai emosinya, seperti rasa takut dan senang, sedih dan bahagia, yang merupakan bagian dari kehidupan.

b. Buku cerita bergambar dapat membantu anak untuk belajar tentang dunia, menyadarkan anak tentang keberadaaan di dunia di tengah masyarakat dan alam. Lewat buku cerita bergambar anak dapat berlajar tentang kehidupan masyarakat, baik dalam perspektif sejarah masa lalu maupun masa kini, belajar tentang keadaan geografi dan kehidupan alam, flora, dan fauna.

c. Buku cerita bergambar dapat membantu anak belajar tentang orang lain, hubungan yang ada terjadi, dan 27 Merancang Buku Cerita Bergambar Sebagai Media Membaca Anak Yang Berkarakter pengembangan perasaan. Lewat buku cerita bergambar yang menampilkan kehidupan keluarga, para tetangga, kawan sebaya, pergaulan di sekolah, dan lain-lain yang mengisahkan relasi kehidupan antarmanusia dapat membelajarkan anak untuk bersikap dan bertingkah laku verbal dan non verbal, yang benar sesuai dengan tuntutan kehidupan sosial budaya masyarakat.

d. Buku cerita bergambar dapat membantu anak untuk memperoleh kesenangan. Ini merupakan salah satu hal terpenting dalam pemberian buku bacaan jenis ini, yaitu untuk memberikan kesenangan dan kenik[1]matan batiniah.

e. Buku cerita bergambar dapat membantu anak untuk mengapresiasi keindahan. Baik cerita secara verbal maupun gambar-gambar ilustrasi yang men[1]dukungnya masing-masing menawarkan keindahan.

f. Buku cerita bergambar dapat membantu anak untuk menstimulasi imajinasi. Buku cerita dan gambar memiliki fungsi untuk mendorong tumbuh dan berkembangnya imajinasi anak.

Demikian referensi buku cerita bergambar dengan judul Fungsi Buku Cerita Bergambar apabila membutuhkan layanan jasa self publishing, jasa penerbitan buku, jasa penulisan buku, jasa editing buku untuk bahan ajar ataupun untuk keperluan lain Dapat menghubungi admin RuangBuku.