Ketahui Unsur Penting Buku Cerita Anak

RuangBuku.id – Kami melayani jasa self publishing, jasa penerbitan buku, jasa penulisan buku, jasa editing buku untuk bahan ajar ataupun untuk keperluan lain Namun, sebelum itu, anda bisa menyimak bahasan di bawah ini mengenai Ketahui Unsur Penting Buku Cerita Anak

Ketahui Unsur Penting Buku Cerita Anak

      Buku cerita anak mengandung beberapa unsur penting sebagai pembangun cerita secara utuh. Penulis buku cerita anak harus memahami bahwa dunia anak-anak itu unik karena berada di antara kenyataan dan imajinasi tingkat tinggi. Keunikan ini menjadikan anak-anak tidak dapat dipandang sebagai orang dewasa dalam bentuk mungil. Anak memiliki dunianya sendiri yang harus dipahami oleh orang dewasa, apalagi oleh seorang penulis buku cerita anak.

       Unsur pembangun cerita anak berikut ini perlu Anda pahami agar mudah dalam menerapkannya di dalam proses kreatif menulis buku cerita anak. Hal-hal seperti ini terkadang diabaikan oleh seorang penulis buku cerita anak karena menganggap cerita anak hanya sekadar bercerita kepada anak tanpa perlu teori dan pertimbangan.

Tema dan Nilai

Buku cerita anak atau buku fiksi anak dapat diwujudkan dalam bentuk cerita yang berdasarkan hal berikut ini.

a. Realitas adalah peristiwa yang sesuai dengan kenyataan faktual dalam kehidupan sehari-hari. Di dalam cerita hadir tokoh fiktif dan tokoh dunia nyata yang memang ada di dalam kehidupan sehari-hari serta menyajikan latar yang juga memang ada.

b. Fantasi adalah peristiwa khayalan yang tidak mungkin terjadi pada kehidupan nyata. Di dalam cerita hadir tokoh-tokoh fiktif penuh keajaiban (naga, peri, binatang yang dapat berbicara, superhero, alien) serta menyajikan latar yang juga penuh keajaiban.

c. Cerita rakyat adalah kisah yang berasal dari masa lalu yang berkembang melalui tradisi lisan: dongeng binatang (fabel), legenda, mitos, epos, dan sebagainya.

      Basis cerita tersebut diantarkan dengan berbagai ide atau tema cerita. Tema cerita anak secara umum berasal dari hal-hal yang sederhana, tetapi dapat memantik rasa ingin tahu anak. Tema buku cerita anak juga sangat terkait dengan nilai-nilai yang hendak disampaikan kepada anak.

Tokoh dan Penokohan

Tokoh di dalam cerita anak dapat siapa atau apa saja. Untuk anakanak prabaca, tokoh cerita dapat merupakan manusia, tumbuhan, dan binatang, bahkan benda-benda mati yang “dihidupkan” sebagaimana manusia.

      Istilah lain yang digunakan dalam menyebut tokoh pada sebuah cerita adalah ‘karakter’. Karakter yang berhasil ditampilkan penulis dapat memengaruhi pembaca anak-anak secara kuat sehingga anak mengidentifikasi dirinya seperti si tokoh.

      Tokoh-tokoh di dalam cerita anak berfungsi sebagai identifikasi diri. Cerita anak yang berhasil memikat pembaca kecilnya dapat diindikasikan dari identifikasi diri si anak terhadap tokoh di dalam cerita. Ia merasa dirinya mirip seperti tokoh di dalam cerita atau memiliki keinginan menjadi seperti tokoh di dalam cerita. Hal ini menyebabkan pentingnya penokohan untuk membenamkan sifatsifat yang baik dan kuat pada tokoh utama.

      Walaupun seorang tokoh utama di dalam cerita harus terlihat kebaikan dan kekuatannya, penulis cerita anak perlu menahan diri menggambarkan tokoh yang serbasempurna. Ada saja penulis cerita anak yang menggambarkan tokoh anak sebagai anak yang baik, rajin beribadah, pintar dan juara kelas, rajin membantu orang tua, rajin belajar, jago bela diri, dan lain-lain. Tokoh anak seperti ini tentu tidak ada di dalam kehidupan nyata.

Latar (Tempat dan Waktu)

Penulis harus mampu menggambarkan latar tempat yang “hidup”, terutama di dalam cerita-cerita sejarah. Anak-anak pembaca dini dan pembaca awal terkadang telah memasuki fase kritis (pemikiran konkret) dalam merespons latar di dalam cerita. Mereka akan mengoreksi kejanggalan latar di dalam cerita apabila tidak sesuai dengan nalar mereka.

      Selain tempat, latar waktu juga penting. Cerita-cerita berbasis cerita rakyat selalu menggunakan masa lalu dengan frasa pada zaman dahulu … atau dahulu kala ketika binatang dapat berbicara seperti manusia …. Latar waktu menjadi penjelas di dalam cerita sejarah, contohnya tentang biografi seorang tokoh masa lalu.

      Selain latar tempat dan waktu, latar sosial-budaya juga dapat digunakan penulis untuk menggambarkan peristiwa terkait dengan situasi dan kondisi pada suatu daerah. Penggambaran situasi sosialbudaya ini dapat merangsang pancaindra dan nalar pembaca sasaran.

      Di dalam buku cerita anak, deskripsi latar harus sinkron dengan gambar-gambar yang ditampilkan. Penulis harus cermat membuat deskripsi gambar agar ilustrator tidak salah dalam menerjemahkan latar, baik itu tempat, waktu, maupun sosial-budaya.

Alur/Plot

Alur/plot adalah jalan cerita yang digunakan penulis untuk menggambarkan peristiwa demi peristiwa yang dialami tokoh cerita. Di dalam alur cerita biasanya terdapat konflik yang dihadapi tokoh utama. Akan tetapi, tidak semua cerita anak, terutama untuk anak prabaca dan pembaca dini, disisipi konflik yang tajam. Boleh jadi yang digunakan hanya konflik sederhana untuk mengantarkan cerita.

      Konflik umum pada buku cerita anak adalah antara diri tokoh protagonis dan tokoh antagonis atau juga antara diri tokoh utama dan masyarakat. Selain itu, dapat juga terjadi konflik antara tokoh utama (manusia) dan alam.

      Alur di dalam cerita anak berikut konflik pada umumnya disajikan secara berurutan: perkenalan-konflik-klimaks-penyelesaian atau sering disebut alur maju (kronologis). Bagi anak-anak prabaca, pembaca dini, dan pembaca awal, model alur seperti ini lebih mudah untuk dipahami.

      Selain itu, terdapat juga alur sorot-balik (flash back) dengan kon[1]flik agak kompleks dan peristiwa yang lebih variatif. Alur sorot-balik lebih tepat untuk anak-anak pembaca lancar. Novel awal dan novel panjang dapat menggunakan alur berpola sorot-balik ini sebagai variasi di dalam cerita.

Amanat

Amanat dapat disampaikan secara tersurat (eksplisit) dan tersirat (implisit), tetapi penulis mesti menghindari gaya menggurui dalam menyampaikan amanat. Gaya menggurui dengan menjejalkan sejumlah nasihat umumnya tidak disukai anak-anak. Biarkan anak menarik simpulan sendiri dari apa yang dibacanya, penulis tidak perlu memberi impresi, contohnya menuliskan hikmah pada akhir cerita.

  • Amanat Didaktik

Amanat di dalam buku cerita anak dapat terkait dengan pesan kependidikan, terutama pengembangan sikap (afektif). Contoh amanat pendidikan disisipkan ke dalam cerita anak adalah pada tema “Mitigasi Bencana”. Anak diharapkan mengetahui apa yang dapat ia lakukan untuk menyelamatkan diri pada saat bencana terjadi. Amanat pendidikan disisipkan berupa prosedur menyelamatkan diri saat terjadi bencana.

  • Amanat Moral

Moral cerita dapat disampaikan kepada anak-anak secara eksplisit atau implisit. Sama halnya dengan amanat didaktik, moral cerita hendaknya disampaikan tanpa tendensi menggurui. Kecenderungan menggurui biasanya dilakukan dengan penyampaian moral cerita secara eksplisit yang terkadang “meminjam” mulut orang dewasa untuk menyampaikan nasihat-nasihat kebajikan.

Sudut Pandang

Sudut pandang adalah tentang siapa yang melihat atau siapa yang berbicara atau dari kacamata siapa sesuatu itu dibicarakan (Nurgiyantoro, 2005).Di dalam cerita sudut pandang terbagi dua, yaitu sudut pandang orang pertama dan sudut pandang orang ketiga.

      Sudut pandang orang pertama menggunakan gaya aku dengan menempatkan pencerita sebagai tokoh di dalam cerita. Tokoh aku ini lazimnya menjadi tokoh protagonis yang menjadi pusat jalannya cerita. Tokoh lain menjadi penting jika berhubungan langsung dengan tokoh aku.

      Sudut pandang orang ketiga menggunakan gaya dia dengan menempatkan pencerita di luar cerita. Pencerita menyebut tokoh dengan nama atau kata ganti dan julukan, seperti ia, dia, mereka, dan si kutu buku. Posisi pencerita dapat menjadi dia yang serbatahu dan dia yang terbatas.

      Pencerita yang serbatahu dapat mengisahkan aneka tokoh di dalam cerita terkait pikiran, perasaan, dan peristiwa yang dialami para tokoh. Jadi, pencerita dapat bebas saja mengisahkan siapa pun dan apa pun tentang tokoh cerita tanpa perlu menjelaskan dari mana informasi tentang tokoh itu diperoleh.

Bahasa dan Gaya

Persoalan bahasa tidak dapat dikesampingkan dari karya buku cerita anak. Banyak penulis buku cerita anak yang memiliki titik lemah dalam soal berbahasa karena minimnya pengalaman dan pengetahuan tentang psikologi anak. Unsur penting dalam bahasa anak adalah diksi (pilihan kata) dan tata kalimat, di samping tentunya ejaan pada buku untuk pembaca awal dan pembaca lancar.

  • Bahasa Cerita Anak

Anak-anak di perkotaan tentu mengenali kosakata yang mungkin tidak diketahui anak-anak perdesaan. Contohnya, kata eskalator yang bagi anak-anak perkotaan kerap mereka dengar dan bendanya mereka pernah mereka lihat. Sebaliknya, anak-anak perdesaan akrab dengan kata sarang yang mungkin bagi anak-anak perkotaan tidak dikenali. Hal inilah yang perlu dipahami dan disadari penulis buku cerita anak.

      Walaupun demikian, bukan berarti di dalam buku cerita anak tidak dapat dikenalkan kosakata yang asing atau baru bagi anak-anak. Kata-kata konkret lebih mudah dipahami oleh anak-anak prabaca dan pembaca dini jika dibandingkan dengan kata-kata abstrak. Demikian pula dengan kalimat yang sederhana tentu lebih mudah dipahami daripada kalimat yang kompleks seperti kalimat majemuk.

      Satu hal yang perlu disadari para penulis cerita anak bahwa anak-anak masa sekarang tentu berbeda dengan anak-anak pada masa penulis kecil sehingga ada perkembangan bahasa yang lebih maju. Tambahan lagi, anak-anak sekarang yang disebut Generasi Z dan Generasi Alfa banyak yang sudah akrab dengan gawai dan akses internet yang terkadang mempercepat kemampuan berbahasa mereka.

  • Gaya Bercerita

Nurgiyantoro (2005) membagi gaya bercerita mencakup stile (gaya bahasa) dan nada. Stile berhubungan dengan penggunaan kata, frasa, kalimat, dan alinea yang mampu menghadirkan suatu gambaran di benak pembaca. Dengan demikian, penggunaan bahasa dan bagaimana bahasa itu dialirkan sangat berpengaruh terhadap kejelasan sekaligus kemenarikan sebuah cerita. Dalam konteks sastra anak juga berlaku aspek keindahan sehingga bahasa yang ditampilkan di dalam cerita anak juga harus bernilai sastra.

      Berdasarkan pengertian sederhana, stile adalah kemenyeluruhan dari sisi penyajian dan bahasa untuk menyampaikan suatu isi. Stile menjadi ukuran seberapa kreatifnya seorang penulis buku cerita m e n g g u n a k a n unsur-unsur bahasa. Di dalam sebuah buku cerita anak terdapat unsur pengenalan tokoh, penggambaran latar, penggambaran peristiwa, dan dialog yang harus disampaikan secara utuh dan berkesinambungan dalam suatu gaya bahasa.

      Selain stile, terdapat juga nada (tone) di dalam penceritaan. Sebuah cerita dapat mengandung nada humor, bercanda, familiar, serius, formal, sinis, ramah, tegang, atau horor. Nada dapat dipahami sebagai sikap, pendirian, atau perasaan pengarang terhadap masalah yang dikemukakan dan terhadap pembaca (Lukens dan Leech dalam Nurgiyantoro, 2005).

Ilustrasi

Ilustrasi pada buku cerita anak harus tampak logis jika dihubungkan dengan penokohan, latar, dan alur cerita. Penulis buku cerita anak harus sangat berhati-hati terkait ilustrasi pada buku cerita sejarah agar situasi sejarah benar-benar digambarkan sesuai dengan fakta sebenarnya.

Demikian referensi buku ajar dengan judul Ketahui Unsur Penting Buku Cerita Anak apabila membutuhkan layanan jasa self publishing, jasa penerbitan buku, jasa penulisan buku, jasa editing buku untuk bahan ajar ataupun untuk keperluan lain Dapat menghubungi admin RuangBuku.