Perjenjangan Buku Cerita Anak

RuangBuku.id – Memasuki tahun ajaran baru, para orang tua sibuk mencari buku sesuai kebutuhan anak mereka. Kalaupun ingin membeli online, takutnya ada keterlambatan pengiriman. Sedangkan untuk ketersediaan buku cerita anak di toko offline pasti sudah diserbu orang lain dan tidak memungkinkan Anda mendapatkan judul buku yang relevan.

Namun apakah Anda tahu mengenai perjenjangan buku cerita anak sesuai usia mereka? Jika belum, silakan simak artikel yang telah kami susun berikut ini.

Perjenjangan Buku Cerita Anak

Para ahli menyadari bahwa anak-anak tidak dapat dipandang secara sama karena anak mengalami tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang berbeda dari tahun ke tahun. Oleh karena itu, penulisan buku anak juga tidak dapat dipisahkan dari pengetahuan tentang tumbuh kembang anak.

Sastra anak mengenalkan sebuah konsep perjenjangan buku (book leveling) yang menjadi acuan pelaku perbukuan untuk menghasilkan buku dan menjadi acuan masyarakat dalam memilih buku. Perjenjangan ini disusun terkait dengan usia, perkembangan kognitif, perkembangan emosi, dan tentunya juga memperhatikan minat anak-anak terhadap bacaan.

Apakah konsep klasifikasi dan tingkatan usia (book leveling) tersebut dapat diterapkan di Indonesia? Klasifikasi tersebut dapat dijadikan sebagai acuan awal. Namun, perlu disadari bahwa peng[1]alaman membaca pada anak-anak di setiap wilayah atau daerah (di Indonesia) tentu berbeda-beda bergantung pada budaya baca yang dibangun dari lingkungan terkecil, yaitu keluarga dan sekolah serta ketersediaan buku yang tepat untuk mereka.

Klasifikasi yang disajikan pada tabel mengacu pada masyarakat Amerika dan Eropa dengan tradisi perbukuan dan membaca yang kental di dalam kehidupan mereka. Oleh karena itu, akan tampak klasifikasi yang terperinci dengan penjenisan buku yang beragam, bah[1]kan terkadang tingkat usia antarjenis saling beririsan.

Indonesia pada beberapa pemeringkatan keliterasian secara internasional selalu menempati posisi terendah. Daya literasi kita memang tengah menjadi sorotan dan ini tidak pelak lagi juga dihubungkan dengan ketersediaan buku anak yang bermutu sebagai bahan bacaan.

Dengan perkembangan dunia yang semakin datar dan tanpa ba[1]tas kini (borderless), isu-isu buku anak dunia sebenarnya juga memengaruhi Indonesia sehingga anak-anak Indonesia juga dapat sejajar dengan anak-anak di dunia lain apabila pemerintah dan masyarakat tepat menerapkan program literasi. Ragam bacaan atau buku anak[1]anak juga dapat mengacu pada tren yang terjadi di dunia.

Namun, pada kenyataannya sebagian besar para penulis buku anak tidak berkarya berdasarkan perjenjangan buku. Oleh karena itu, wajar jika masih ada di halaman sampul buku anak tercantum bahwa buku tersebut dapat digunakan untuk anak usia 7–12 tahun.

Hal ini pun telah disadari pemerintah sehingga kemudian muncul inisiatif menyusun sebuah pedoman perjenjangan buku. Dalam hal ini Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang dan Perbukuan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menginisiasi penyusunan pedoman perjenjangan buku nonteks pada tahun 2018 hingga disempurnakan tahun 2019. Berikut tabel dari hasil pembaruan pedoman perjenjangan tersebut.

Pastinya kita tahu jika buku memiliki banyak manfaat bagi anak. Dengan buku anak-anak mendapat pengetahuan. Meluaskan imajinasinya. kebiasaan membacakan buku sejak anak masih bayi, membuat anak bisa membaca dengan sendirinya. 

Perjenjangan Buku

Tentunya memilih buku anak juga tidak bisa sembarangan. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Salah satunya adalah perjenjangan buku. Memilih buku anak sesuai perjenjangan buku menjadi salah satu tips memilih buku yang tepat bagi anak. 

Apa itu Perjenjangan Buku?

Penjenjangan buku adalah pengelompokan buku bacaan anak berdasarkan jumlah kata dan kalimat, struktur kalimat serta proporsisi ilustrasi agar lebih sesuai dengan kemampuan membaca anak. 

Contohnya, saat memilh bacaan untuk anak TK, direkomendasikan buku dengan jenjang “Membaca Dini”. Buku-buku di level ini memuat gambar yang lebih banyak dibandingkan kalimat. Jumlah kalimat hanya satu per halaman. Kalimatnya pendek dengan struktur yang sederhana. 

Sebaliknya, saat memilih buku cerita anak SD kelas tinggi (4-6 SD), pilih buku jenjang “Membaca Lancar”. Dimana bukunya memiliki komposisi yang seimbang antara gambar dan textnya. Biasanya, satu halaman bisa terdiri dari 8 kalimat. 

Banyak sekali referensi seputar perjenjangan buku. Tetapi saya memilih mengikuti standar yang dikeluarkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 

Tahap Keterampilan Bahasa

  • Tahapan Mendengar

Saat anak dibacakan sebuah buku atau mendengar banyak kosa kata saat diajak berbicara, maka mereka akan menyerapnya di pendengaran dan di otak.

  • Tahapan Berbicara

Ketika tanggul mendengarkannya sudah meluap maka terbentuklah tanggul berbicara. Nah ketika anak-anak sudah mulai bisa mengucapkan kata-kata yang dia dengar sebelumnya, semakin banyak anak terlibat dalam pembicaraan semakin akan meluap tanggul berbicara ini. Salah satu metode yang bisa dilakukan adalah dengan mempersilahkan anak berbicara dengan menyambung suku kata. Hal ini tanpa kita sadari sering dilakukan oleh orang tua dan guru-guru kita.

  • Tahapan Membaca

Sama seperti tanggul sebelumnya. Ketika kolam tahap berbicara penuh dan meluap juga akan membentuk kolam kosakata baca. Hal ini saya rasakan pada anak pertama saya, Halim Sakha, di usianya belum genap 3 tahun dia sudah bisa mengeja beberapa suku kata. Ketertarikannya dengan simbol serta huruf. Salah satunya karena memaparka lautan aksara. Akhirnya dia bisa membaca (yang dua -tiga suku kata) tanpa diajarkan.

  • Tahapan Menulis

Ini adalah tahap perkembangan bahasa terakhir seseorang. Meski di lapangannya, banyak pihak yang mengegas ketrampilan ini terlebih dahulu. Saya teringat saat memasukkan Sakha di kelompok bermain dan melihat ia mendapatkan tugas menulis, bayangkan anak usia 3-4 tahun diberi tugas menulis alphabet. Padahal tanggul-tanggul lainnya belum tentu sudah terisi. Untungnya saya membuat kegiatan itu semenarik mungkin tanpa memaksa dia untuk melakukannya.

Salah satu untuk menstimulasi anak suka membaca adalah menyediakan buku anak yang menarik. Namun, memilih buku anak harus dilakukan dengan hati-hati, karena saat ini jenis buku anak banyak sekali. Buku-buku yang bertebaran tidak hanya dari penerbit mayor tapi penerbit-penerbit indie pun tidak mau kalah bersaing. Hampir setiap bulan selalu ada buku anak yang diproduksi. Belum lagi banjurnya produksi buku-buku luar negeri.

Cara Memilih Buku Cerita Anak

Dengan memahami apa yang bisa dilakukan untuk memilih buku cerita anak, kita lebih jeli dan mengetahui mana yang harus dibeli atau tidak.

1.Memilih Buku Anak Sesuai dengan Usia dan Perkembangan Anak

Memilih buku anak itu ternyata harus disesuaikan dengan usia anak. Jangan sampai memberi buku anak yang terlalu sulit atau terlalu mudah untuk anak kita. Contoh kalau seumuran anak kedua saya yang bayi bisa pilih jenis buku yang berbahan boardbook (buku dengan lembar yang tebal), buku kain, buku busa, buku isian plastik.  Nah untuk kuantitas isiannya yang paling penting, pilih buku dengan dominasi gambar, teksnya sedikit, jangan terlalu kompleks. Adaloh meski buku boardbook tapi isinya kompleks. Sama halnya dengan buku berbahan kertas ada juga yang menghadirkan teks minimal.

Prinsipnya saat anak masih bayi kita bisa membacakan semua jenis buku kepada anak, tapi jika kita bisa memberikan dengan usia dan perkembangan anak maka nanti manfaatnya akan jauh lebih terasa. Sekali lagi perkenalkan dengan buku yang teksnya sederhana ya.

Ilustrasi dominan dibanding teks, menggambarkan teks secara kuat, ilustrasinya jelas, sederhana tidak berantakan. Pada usia pra-membaca ini jika kita ingin memberikan buku yangtanpa kata pun sebenarnya tidak masalah. Karena mereka juga belum bisa membaca. Di kelompok usia ini kita lebih sering untuk membacakan gambar sambil menunjuk tulisan.

2.Memilih Buku Sesuai Minat Anak

Pernahkah sahabat merasakan ketika anak-anak menyukai sesuatu?. Akan ada masanya mereka tiba-tiba menyukai entah itu binatang atau aktivitas atau pun hal lainnya di luar dugaan kita. Kita bisa memanfaatkan momen itu untuk mendekati anak melalui buku yang kita bacakan yang temanya sesuai dengan kesukaan anak. Jangan sampai kita membacakan buku yang tidak disukai anak-anak ya.

3.Memilih Buku yang Disukai Orang Tua

Dengan memilih buku anak yang disukai pembaca dan yang membacakannya yaitu kita senangi orang tua, tentu akan menghasilkan keterikatan dengan buku yang akan kita bacakan.

4.Memilih Cerita Sederhana yang Mudah Dipahami Anak

Otak anak belum mampu menganalisis pilihan cerita yang kompleks. Oleh karena itu, pilihlah cerita sederhana dan mudah dipahami oleh si kecil.

Misalnya buku yang bercerita tentang keseharian anak seperti sekolah, berteman, dan bermain, aneka hewan purba yang menarik minat anak, atau tempat-tempat baru yang belum dikunjungi anak

5.Memiliki Pesan Moral

Orang tua harus pintar memilih isi cerita. Sebelum memberikan buku bacaan pada anak, sebaiknya pastikan isi cerita memiliki nilai-nilai positif. Hal itu dapat menjadi sugesti yang baik untuk bekal anak di masa depan.

Meski begitu, usahakan tidak menggurui saat menyampaikan pesan moral dalam cerita. Caranya, Anda dapat menanyakan kepada Anak apa pelajaran yang bisa ia petik dari cerita tersebut dan bantu anak melihat kesamaan cerita dengan kehidupan sehari-hari. Sehingga, pesan moral bisa lebih mudah diserap anak.

6.Memiliki Visual yang Menarik

Anak-anak cenderung lebih tertarik pada gambar daripada teks. Karenanya, pilihlah buku yang memiliki visual menarik dan dekat dengan kehidupan anak.

Saat membacakan dongeng, Anda juga tidak perlu terlalu terpaku dengan teks. Jelaskan gambar yang ada pada buku cerita dan kembangkan dalam cerita dengan kosa kata yang mudah dipahami anak. Sehingga, anak akan lebih mudah memahami jalan cerita. Agar kebiasaan membaca bisa terus tumbuh, Anda bisa menetapkan jadwal rutin.

7.Memilih Buku Sesuai dengan Value Keluarga

Saat ini dengan dunia yang sangat massif kita mudah menemukan buku mulai dari toko offline, online hingga jasa-jasa titip buku. Tetapi jangan sampai kita hanya ikut-iktan buku yang dibeli banyak orang dan tertarik karena sampulnya. Sesuaikan dengan nilai-nilai keluarga. Saya biasanya mengantisipasinya dengan cari banyak review buku anak.

Mudahnya kita mendapatkan buku-buku, apalagi dari luar negeri juga menjadi peluang ancaman menyerap nilai-nilai yang tidak sesuai moral atau agama. Tempo hari ada laporan-laporan tentang buku cerita yang menyampaikan pesan-pesan LGBTQ baik secara implisit maupun eksplisit. Tetap waspada dan lakukan pra-baca ya sebelum membeli buku cerita anak.

Tujuan Perjenjangan Buku

Selain untuk memilih buku yang tepat bagi anak, perjenjangan buku ini punya tujuan lain, yaitu : 

  • Meningkatkan minat dan kemampuan membaca dengan mempertimbangkan aspek pedagogik dan psikologis anak. 
  • Menumbuhkan budaya literasi melalui buku yang tepat dan memberikan pengalaman membaca yang menyenangkan. 

Apakah Anda memiliki pertanyaan mengenai artikel di atas? Follow akun instagram ruangbuku.

Demikian wawasan baru yang dapat kami sampaikan mengenai perjenjangan buku cerita anak. Apabila Anda seorang akademisi seperti guru, dosen, dan trainer yang sedang mencari layanan serupa yaitu jasa penulisan buku modul dapat menghubungi tim ruangbuku.id